Friday, 5 February 2016

Capung (Odonata)

Camera : Oppo mirror 5,  ISO-100, fl 3mm, no flash, 

Capung (Odonata) banyak dijumpai di ekosistem persawahan (Shepard et al, 1992), sehingga memiliki peranan penting pada ekosistem tersebut. Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi, seperti: penggerek batang padi (Chilo  sp),  wereng  coklat  (Nilaparvata  lugens), dan walang  sangit (Laptocorisa acuta) (Borror et al., 1992; Shepard et al, 1992).
Selain itu, capung dapat dijadikan sebagai indicator kualitas  ekosistem  (Jhon, 2001).  Hal  ini  dikarenakan  capung  memiliki  2  habitat  :  air  dan udara.  Odonata  dewasa  betina  dalam  melakukan  oviposisi  memilih  habitat  perairan  yangjernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap kualitas air terpolusi (Borror et al., 1992; Jhon,2001).
Odonata  adalah  kelompok  serangga  yang  berukuran  sedang  sampai  besar  dan  seringkali berwarna  menarik.  Serangga  ini  menggunakan sebagian besar  hidupnya  untuk  terbang. Capung  juga  memiliki  tubuh  yang  langsing  dengan  dua  pasang  sayap,  dan  memiliki pembuluh  darah jala.  Selain  itu  capung  juga  memiliki  antenna  pendek  yang  berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing (Boror et al., 1992).
Habitat capung menyebar luas, di hutan-hutan, kebun, sawah, sungai dan danau, hingga ke pekarangan rumah  dan  lingkungan perkotaan. Ditemukan  mulai  dari  tepi pantai hingga ketinggian lebih dari 3.000 m dpl. Beberapa jenis capung, umumnya merupakan penerbang yang  kuat  dan  luas  wilayah  jelajahnya.  Beberapa  jenis  yang  lain  memiliki habitat yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit (Wikipedia Indonesia, 2006).
Capung (Odonata) juga memiliki karakter yang istimewa yaitu dapat melakukan perkawinan di  udara  dalam  berbagai cara. Sebelum  kawin,  serangga  jantan  akan  membengkokkan perutnya ke arah depan dan menyalurkan spermatozoa ke dalam organ seperti kantung kemih pada sternite kedua  dari  perut.  Dalam  perkawinan,  serangga  jantan  menggunakan terminal classper yang  dimillikinya   untuk  memegang  serangga  betina  pada  daerah  sekitar  leher, serangga betina kemudian akan membengkokkan perutnya ke arah depan menuju ke sternite kedua dari perut serangga jantan, yang merupakan tempat terjadinya transfer spermatozoa ke tubuh  betina  yang sebenarnya. Mekanisme  ini  tidak  ditemukan  pada  serangga  ordo  lain (Borror et al., 2002).
Betina  akan  meletakkan  telurnya  pada  pada tumbuhan yang  berada  di  air.  Beberapa  jenis Odonata  menyukai  air  yang  menggenang  untuk  menaruh  telurnya,  beberapa  jenis  yang lainnya menyukai air  yang agak deras. Telur tersebut akan menetas menjadi nimfa melalui proses  metamorfosis  tidak  sempurna.  Nimfa  merupakan  makhluk  kecil  yang  diperkirakan terdiri dari 10-13 instar (Paulson, 2004). Nimfa memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan bentuk  dewasanya, yaitu mempunyai  sepasang  mata  yang  besar,  kaki  yang  berkembang dengan  baik  dan  bagian  mulut   yang  dipergunakan  untuk  menangkap  dan  mengigit mangsanya.  Nimfa  tersebut akan  matang  dalam  waktu  satu  tahun.  Pada  spesies  yang  lebih besar, perkembangan dapat mencapai waktu dua sampai empat tahun. Ketika telah mencapai titik  tumbuh  maksimal, nimfa  akan  merayap  menuju  kepermukaan  air  dan  menempel  pada sebuah tongkat, batang, atau objek lainnya untuk melakukan pergantian kulit yang terakhir. Serangga dewasa  yang baru terbentuk ini akan mengalami pengerasan dan pewarnaan kulit dalam waktu yang relatif lambat, beberapa spesies memerlukan waktu satu sampai dua hari untuk melakukan proses ini (Borror et al., 1992).
Nimfa Odonata semuannya adalah akuatik (Corbet, 1995), terutama hidup pada kolam, danau atau hulu sungai dan makan berbagai macam organisme akuatik yang kecil. Biasanya mereka tinggal  menunggu  korban-korban  mereka,  yang lainnya  tinggal  pada  tumbuhan  atau  ada  di dalam  lumpur.  Nimfa  memiliki mulut  tipe  pengunyah,  dengan  pemanjangan  dan  sebuah engsel  untuk  membentuk  suatu  organ  penangkap  yang  kuat  untuk  membunuh  mangsanya. Selain itu nimfa juga mempunyai kaki yang kuat, dan insang yang bergerigi di dalam rektum. Nimfa-nimfa ini berenang karena goyangan tubuhnya, dan insang yang berfungsi seperti ekor ikan. Nimfa capung bernapas dengan cara menarik air ke dalam rektum melalui dubur dan kemudian membuangnya (Borror et al., 1992).
Beberapa  penelitian  mengenai  Odonata  telah  banyak  dilakukan,  diantaranya  penelitian mengenai  keanekaragaman  Odonata  dan  hubungannya  dengan  ekosistem  dan  penggunaan lahan di Semenanjung Utara Malaysia (Siregar et al., 2004), juga penelitian kehadiran nimfa Odonata  di  berbagai  habitat  persawahan  Ahmad  (1982).  Penelitian  tersebut  lebih menekankan pada faktor lingkungan yang mempengaruhi populasi Odonata. Beberapa aspek lain,  seperti  hubungan  populasi  Odonata  dengan  fenologi  padi  (perkembangan  tanaman) belum banyak dikaji.
Populasi  Odonata  juga  dipengaruhi  oleh  faktor  abiotik  dalam  perkembangan  hidupannya, seperti  penggunaan  insektisida.   Insektisida  yang  digunakan  secara  tidak  langsung  dapat berdampak  pada  populasi  Odonata.  Hal  ini  telah  dilaporkan  Kobayashi  (1961),  dalam Asahina et al., 1970; dalam Ahmad 1982, yang menyatakan bahwa Odonata merupakan salah satu predator insekta yang mengalami kerugian hebat akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek  batang  padi.  Asahina et  al.,  1970  dalam  Ahmad  1982 juga  melaporkan  bahwa akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi yang dilakukan tahun 1955-1959 di Jepang, mengakibatkan populasi Odonata mengalami penurunan yang drastis.

Sumber: Irwandi Ansori, KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB

No comments:

Post a Comment